Pesawat merupakan salah satu moda transportasi tercepat dan (secara teori) teraman jika dibandingkan dengan moda transportasi yang lain. Namun, tidak semua orang ternyata berani dan merasa nyaman jika menggunakan pesawat.
Tentu saja tidak mengherankan, karena tingkat keselamatan manusia jika terjadi kecelakaan pesawat terbang hampir mendekati 0 persen. Nah, sekarang saya akan membahas tiga faktor penyebab kecelakaan pesawat terbesar dalam sejarah. Tentu saja kecelakaan bisa terjadi karena kurangnya perkembangan teknologi pada masa itu.
Kecerobohan pilot dan co pilot
Kecelakaan pesawat Air Asia Flight QZ8501 Jurusan Surabaya - Singapore ternyata disebabkan karena kecerobohan pilot dan co pilot. Pasalnya, pilot menerapkan solusi yang salah dalam menangani sistem error di kontrol pesawat yaitu dengan mencabut sistem FAC (Flight Augmentation Control) dimana teknologi FAC ini adalah teknologi yang menjaga pesawat aman dan terkendali di udara.
Meskipun beberapa hari sebelum penerbangan sang pilot melihat bahwa teknisi sempat mencabut FAC untuk mengatasi error. Namun, FAC hanya boleh dicabut saat pesawat tidak sedang di udara. Inilah yang kemudian menyebabkan pesawat menjadi tidak bisa dikendalikan.
Keadaan semakin buruk karena kecerobohan co pilot yang memberikan input yang terlalu mendadak dan tidak terorganisir serta perintah dari pilot utama yang salah. Salah satunya adalah kesalahan pengucapan Pull Down dimana yang benar seharusnya adalah Push Down. Perintah push down adalah perintah untuk menurunkan tuas untuk mestabilkan hidung pesawat.
Karena salah pengucapan, co pilot merekam kata-kata Pull terlebih dahulu tanpa menghiraukan Down-nya (mengingat si co pilot adalah orang Perancis). Menyebabkan pesawat mengalami stall (kehilangan daya angkat) dan jatuh dari ketinggian 38.000 kaki di atas permukaan laut.
Kecelakaan pesawat terbesar, yaitu tabrakan antara pesawat Pan Am dan KLM di bandara Los Rodeos juga disebabkan karena kesalahan pilot dan co pilot yang miskomunikasi dengan ATC (Air Traffic Control).
Informasi ATC (Air Traffic Control) yang salah
Kecelakaan antara pesawat Bashkirian Airlines Flight 2937 jurusan Moskow - Barcelona dan pesawat kargo DHL yang jatuh di kota Uberlingen Jerman disebabkan kesalahan informasi ATC. Hal ini ternyata disebabkan karena operator ATC tidak terfokus dalam mengontrol satu penerbangan saja, melainkan dua penerbangan dan membuat ia lengah.
Di mulai dari munculnya peringatan di TCAS (Traffic Collision Avoidance System, semacam sistem untuk menghindari kecelakaan tabrakan antar pesawat di udara) di kedua pesawat, dimana TCAS di kedua pesawat mulai memberikan peringatan (peringatan turun di pesawat DHL dan naik di pesawat Bashkirian).
Sebenarnya, kecelakaan tidak akan terjadi apabila kedua pesawat mematuhi perintah TCAS. Namun, ternyata hanya pesawat DHL yang mengikuti perintah TCAS untuk turun, sedangkan pesawat Bashkirian mengikuti perintah ATC (di mana ATC memerintahkan untuk turun) sehingga kedua pesawat dalam posisi turun. Hingga akhirnya tabrakan tidak terhindarkan dan membunuh semua penumpang dan kru di kedua pesawat.
Kelelahan logam (metal fatigue) karena maintenance yang buruk
Seperti yang sudah dibahas dalam pelajaran fisika, bahwa logam memiliki batas dalam menerima tekanan dan tegangan. Logam dalam struktur pesawat menerima beban tekanan yang luar biasa saat landing dan take off.
Jika pihak maintenance tidak melakukan inspeksi dan perawatan dengan baik, maka kelelahan logam bisa terjadi dan masalah terbesar adalah pesawat bisa hancur di tengah penerbangan. Salah satu contohnya adalah China Airlines Flight 611 Jurusan Taoyuan - Hongkong.
Pesawat mengalami disintegrasi tidak lama setelah take off dan langsung menewaskan seluruh penumpang dan kru akibat ledakan dekompresi.
Semakin berkembangnya jaman, semakin banyak pula improvisasi yang dilakukan. Semoga saja kecelakaan pesawat menjadi tidak ada suatu hari nanti.
Post a Comment for "Tiga Penyebab Kecelakaan Pesawat Terbesar Dalam Sejarah"
No spam please! Be a good netizen. Komentar dengan link aktif akan dihapus oleh admin blog.