Anda tentu sering mendengar istilah Economy Sharing belakangan ini. Ya, usaha-usaha berbasis sistem Economy Sharing atai bagi hasil ini mulai banyak berdiri. Sebut saja Gojek, Grab, Karta Indonesia, Ubiklan, dan masih banyak lagi.
Apa itu sistem Economy Sharing? Maksud dari Economy Sharing ini adalah sistem bagi hasil. Artinya, semua omzet yang masuk ke pelaku usaha atau perusahaan, bukan 100% menjadi milik perusahaan, melainkan dibagi dengan partner yang berpartisipasi bergantung dari berapa kontribusinya.
Contoh konsep yang paling sederhana adalah Gojek, dimana setiap orang bebas mendaftar sebagai partner Gojek tanpa syarat yang ribet dan ruwet (atau bahkan pendaftarannya bisa lewat online). Nah, setiap partner Gojek mendapatkan order, maka uang yang dibayarkan penumpang ojek tidak 100% milik Gojek, melainkan Gojek hanya mengambil persenan saja daari setiap order yang ada.
Berbeda dengan perusahaan Blue Bird, dimana setiap driver wajib menyerahkan 100% dari omzet atau uang yang dibayarkan customer. Driver hanya mendapatkan penghasilan berupa gaji dan bonus apabila berhasil mencapai target bulanan dan hariannya. Terlihat bukan perbedaannya?
Mengapa bisnis economy sharing bisa menjamur?
Jika dilihat dari jalannya bisnis-bisnis pada masa lampau, bisnis economy sharing jelas lebih ringan baik dari segi pelaku usaha maupun bagi partnernya.
Bisa dibandingkan dengan Gojek dan Blue Bird tadi. Blue Bird harus menyediakan semuanya, mulai dari armada sampai dengan sistem evaluasi drivernya. Belum lagi harus memonitor kontrak kerja antara driver dengan perusahaan.
Sedangkan untuk Gojek, karena berbasis economy sharing maka modal disediakan oleh kedua belah pihak. Driver menyediakan armada berupa kendaraan pribadinya, dan Gojek hanya menyediakan platform dan sistemnya saja.
Sistem Economy Sharing juga tidak perlu memberikan gaji dan target, dimana ini meringankan kedua belah pihak juga.
Konsep bisnis economy sharing pun bisa jauh lebih beragam. Contohnya seperti Karta dan Ubiklan, yang menerapkan konsep iklan berjalan pada kendaraan. Jika ini menggunakan sistem bisnis konvensional seperti jaman dulu, maka modal yang dikeluarkan akan sangat banyak, namun dengan konsep economy sharing, maka tidak akan menjadi masalah.
Keuntungan bagi partner atau mitra
Tidak terikat waktu dan target adalah salah satu keunggulan utama untuk partner. Bandingkan dengan orang ynag bekerja kantoran, mereka harus bekerja selama satu minggu penuh dan waktu 8 sampai 10 jam per harinya. Dengan sistem ini, maka partner bisa mengatur waktu bekerja dan istirahatnya dengan baik.
Lalu, penghasilan yang diterima partner ditentukan dari seberapa besar kerjanya dan tidak perlu menunggu evaluasi tahunan untuk meningkatkan penghasilan. Semakin besar usaha dan inovasinya, maka semakin besar penghasilan yang diterima. Inilah yang kemudian disebut Intrapreneurship.
Kesempatan untuk mengerjakan berbagai hal dalam satu waktu pun sangat terbuka luas. Berbeda dengan pekerjaan konvensional yang mewajibkan karyawan untuk beerdedikasi 100% kepada perusahaannya yang tentu saja menutup kemungkinan untuk mengerjakan banyak hal dalam satu waktu.
Sebagai penutup, tapi bukan berarti pekerjaan ini bisa membuat anda santai lalu menjadi kaya. Setiap pekerjaan hakikatnya adalah sama, yaitu setiap kerja keras akan memberikan hasil yang maksimal juga. Percuma saja kalau ikut menjadi mitra bisnis economy sharing tapi malas-malasan, ya tetap tidak mendapatkan penghasilan apapun.
Post a Comment for "Mengenal Bisnis Berbasis Profit Sharing Atau Economy Sharing"
No spam please! Be a good netizen. Komentar dengan link aktif akan dihapus oleh admin blog.