Ternyata di dunia ini tidak hanya tahu, tempe, puhung, telo saja yang digoreng. Istilah gorengan juga sangat terkenal di dunia ekonomi. Tentu anda sering mendengar istilah "harga yang digoreng", sekarang apa sih istilah goreng menggoreng di ekonomi ini?
Jangan disangka harga digoreng, berarti dimasukkan ke dalam penggorengan. Bukan begitu artinya. Secara garis besar, istilah harga gorengan ini maksudnya adalah menentukan harga tanpa dasar fundamental.
Harga-harga seperti harga aset properti, saham, mata uang, dan lain-lain seharusnya ditentukan oleh pasar yang saling bersinergi. Satu faktor dengan faktor yang lain akan saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan. Namun, hal ini kadang bisa didobrak oleh para pemain besar namun tentu saja tidak dengan frekuensi yang sering.
Seperti ketika menggoreng makanan, harga dibolak balik seenak si pemilik aset tanpa menggunakan dasar dan kaidah dalam ekonomi. Kejadian harga gorengan sering terjadi di pasar bursa saham, valas (valuta asing), trading derivatif, maupun properti.
Dalam valas, biasanya goreng menggoreng dilakukan oleh oknum broker nakal. Banyak sekali investor yang terjebak broker gadungan yang akhirnya jatuh merugi atau bahkan bangkrut. Harga valuta asing dimainkan oleh oknum broker, sehingga para investor melakukan kesalahan dalam jual beli.
Jika momentumnya tepat, maka tindakan goreng menggoreng ini bisa langsung mendapatkan untung yang berlipat ganda bagi investor maupun si pemilik aset. Mungkin anda pernah melihat fenomena harga saham yang tiba-tiba jatuh bebas namun dalam kurun waktu yang pendek (1 atau 2 hari), harganya kembali meroket. Ini tentu ada indikasi campur tangan dari si pemilik utama aset tersebut.
Harga gorengan seringkali menjebak para pemain baru, karena perhitungan yang nyaris pasti meleset. Dalam dunia properti, aksi goreng menggoreng harga bisa menyebabkan harga properti menjadi "bubble". Artinya naik secara drastis dalam waktu yang singkat karena euphoria atau suatu hal, namun dalam waktu yang singkat juga harga kembali jatuh. Ini tentu akan merugikan si pembeli yang sudah membeli properti atau aset yang di saat itu harganya masih tinggi.
Goreng menggoreng ini juga sering digunakan untuk mengecoh jumlah aset yang dimiliki suatu perusahaan. Demi meningkatkan kredibilitas, suatu perusahaan melaporkan jumlah aset yang harganya sudah ditentukan sendiri. Akibatnya, laporan kepemilikan aset akan membengkak sehingga menunjukkan kalau perusahaan tersebut memiliki fundamental yang kuat, padahal aslinya belum tentu seperti itu.
Kejadian ini sering terjadi di kalangan menengah. Karena sasaran utamanya adalah para new comers atau investor yang tengah lengah. Bagi para pemain besar, fenomena ini juga dimanfaatkan untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya.
Salah satu fenomena harga goreng yang cukup fenomenal adalah harga ikan louhan dan tumbuhan gelombang cinta. Ada backing pemain besar di balik kejadian ini, sehingga harga bisa melesat sampai ratusan kali lipat dalam waktu singkat, namun bisa terjun bebas juga dalam waktu yang singkat. Dan tentu saja, sekali lagi digunakan untuk mengeruk keuntungan bagi si penjual louhan dan tumbuhan gelombang cinta itu sendiri.
Hati-hati agar anda tidak terjebak dalam "harga gorengan". Pastikan anda terus update terhadap berita ekonomi terkini dari sumber yang terpercaya. Jangan dengan mudah terpancing dalam euphoria tertentu.
Post a Comment for "Apa Itu Istilah Harga "Gorengan" Dalam Ekonomi"
No spam please! Be a good netizen. Komentar dengan link aktif akan dihapus oleh admin blog.