Saya Lebih Baik Mempekerjakan Orang Malas. Serius Bro?

By Dwinandha Legawa 12/20/2015 4 comments

“Saya memilih orang malas untuk pekerjaan sulit karena seorang malas akan mencari jalan mudah untuk menyelesaikannya.” Bill Gates

Kelihatannya sih quote diatas oke banget, benar tidak para pembaca? Tapi sebenarnya apa benar demikian yang terjadi kalau memilih orang malas sebagai seorang pekerja, apalagi untuk pekerjaan sulit? Hmm...

Maksud dari quote ini ternyata bukan orang yang malas dalam arti sebenarnya. Jadi untuk anda yang hobinya malas-malasan jangan berbangga dulu jika mendengar quote ini, karena bukan orang seperti itu yang dimaksud.

Faktanya, orang malas yang dipekerjakan ternyata memang malas untuk memikirkan jalan sulit dan akan memikirkan jalan paling mudah untuk pekerjaan tersebut, yaitu dengan tidak mengerjakan pekerjaan yang diberikan. Lho? Eits, jangan naik pitam dulu bro, kita berbicara tentang orang malas bukan? Pernah mendengar orang malas bekerja optimal? Saya bertaruh pasti belum pernah.

Memang benar, orang malas tidak akan mau mengerjakan suatu pekerjaan sulit dengan jalan keluar yang sulit juga. Tapi, berdasarkan pengalaman, orang malas jika diberikan pekerjaan sulit pasti jalan keluarnya cuma 2, yaitu antara menunggu teman satu tim yang mengerjakan atau tidak usah dikerjakan sekalian.

Saya lebih cenderung berpikir ke arah orang yang cerdas (bukan pintar loh ya). Orang yang cerdas yang akan mencari jalan keluar paling mudah dari suatu masalah.

Coba kita mengambil kasus yang paling sederhana saja, di sekolah. Misal kasus ketika ada soal yang sangat sulit. Orang malas (yang memang pada dasarnya malas) pasti tidak mau usaha apapun dan hanya menunggu teman yang lain selesai mengerjakan lalu segera mencontek. Orang yang cerdas bisa mencari contoh soal (entah buku atau internet) yang polanya sama dengan soal yang sulit tersebut, lalu dikombinasikan dengan ilmu yang dia miliki. Dari sini sudah kelihatan bukan bedanya?

Sebaiknya, jangan menerima mentah-mentah kata mutiara yang dikeluarkan oleh orang sukses tanpa dicerna lebih dalam terlebih dahulu. Daripada sudah ke-GEER-an dulu namun ternyata salah tafsir.